Kami mengucapkan selamat datang di blog pelayanan melengkapi dan memberdayakan keluarga. Blog ini merupakan wadah pelayanan bagi pasangan nikah dan keluarga Kristen yang berisi berbagai kebenaran firman Tuhan. Harapan kami, melalui informasi ini, banyak pasangan nikah diperlengkapi agar menjadi dewasa didalam Kristus. Tuhan Yesus memberkati.

PASANGAN HIDUP ANDA, KAWAN ATAU LAWAN


Berapapun lamanya usia pernikahan Anda, yang pasti berbagai cerita, sukacita, tawa dan canda ditambah duka, kepedihan dan air mata telah menjadi suatu bumbu istimewa yang memberikan keharuman dan kenikmatan dari sebuah masakan pernikahan Anda.
Hal ini menjadikan kita senantiasa  sadar bahwa tidak ada rumah tangga yang tidak luput dari berbagai konflik.
Pada dasarnya konflik dalam rumah tangga bukanlah suatu hal negative yang harus dihindari namun merupakan suatu hal yang harus dihadapi dan disikapi secara positif dan benar. Untuk itulah mengawali sikap hati dan pikiran kita terhadap konflik rumah tangga tersebut, kita perlu mencermati dengan siapakah kita bermasalah. Dan dalam rumah tangga tentunya pribadi terdekat yang seringkali bermasalah dengan kita pertama-tama dan terutama adalah pasangan hidup kita.
SIAPAKAH PASANGAN HIDUP ANDA BAGI ANDA, KAWAN ATAU LAWAN?
Pandangan dunia mengenai sebuah pernikahan adalah “2 = 2”, dan untuk kelangsungan hidup pernikahan maka dunia mengajarkan perlu adanya “agreement” atau “persetujuan”. Contoh: “Kita menikah karena kita sama sama suka traveling, suka makan yang sama, sama sama sudah punya asset dan karir,dll”. Itulah sebabnya tidak heran jika banyak pasangan nikah menerapkan standar kehidupan pernikahannya dibawah kebijakan mereka sendiri. Dan saat kebijakan tersebut dilanggar maka hitungannya adalah telah terjadi pengingkaran, pengkhianatan atau bahkan penipuan yang semuanya berujung pada sebuah perceraian.

Pandangan firman Tuhan dan Allah sendiri tidaklah demikian, melainkan “2=1” dimana kesatuan ini diawali oleh sebuah "commitment" bukan "agreement", kejadian 2: 24. Kata “menjadi satu daging” dalam Kej. 2 : 24 merupakan kata kunci dalam Tuhan memandang sebuah pernikahan. Dalam pengertian dari Bhs. Ibrani, kata “menjadi” dalam ayat ini memiliki arti dari sesuatu yang belum ada menjadi ada. Maksudnya ialah laki-laki dan perempuan merupakan 2 eksistensi yang saat menjadi satu keluarga, bukan lagi 2 melainkan 1 ("yang baru"). Hal “satu” ini dipertegas oleh Rasul Paulus dalam surat Efesus 5: 26-28, dimana Paulus menganalogikan Kristus = Suami dan gereja = istri. Dan dalam penekanannya, tegas Paulus menyatakan bahwa Kristus “menempatkan” (bhs. Yun. “Peristano”; to place beside/ near) gereja dihadapan-Nya (ay. 26) senantiasa/ selalu/ terus menerus selamanya. Jadi, pemahaman “satu” dalam pernikahan Kristen adalah seorang suami yang menempatkan istrinya disisinya dan diperhitungkan sebagai “satu” eksistensi dan bukan dua.

 Memahami akan hal tersebut dan kembali kepada pertanyaan diatas “Pasangan Anda Kawan atau Lawan?”, maka dapat ditegaskan bahwa Alkitab tidak mengajarkan bahwa pasangan Anda adalah “kawan” atau terlebih lagi “lawan” dalam berbagai situasi terlebih lagi situasi konflik. Kenapa Alkitab tidak mengajarkan demikian, karena jika pasangan kita adalah kawan, maka kita hanya menempatkan pasangan kita sebagai orang “kedua” setelah diri kita. Yang mana orang kedua memiliki kesempatan kedua dan prioritas kedua serta dianggap dan dimengerti sebagai yang kedua. Padahal firman Allah menegaskan dalam Efs. 2: 28, bahwa kita harus mengasihi pasangan hidup kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Dengan kata lain penempatan, prioritas, pengertian dan perlakuan kepada pasangan hidup kita adalah sama persis terhadap diri kita sendiri. Manisnya sikap hidup pasangan kita adalah manisnya sikap hidup kita dan buruknya sikap hidup pasangan kita adalah buruknya sikap kita.

Dengan pengertian ini, mari kita membangun sikap hati, karakter dan prilaku kita dalam menghadapi konflik dalam pernikahan khususnya dengan pasangan hidup kita dengan memahami bahwa:


  1. Dimata Tuhan, Tuhan menjadikan kita dan pasangan hidup kita, “satu” bukan “dua” eksistensi. Jadi bisa bayangkan sakitnya, malunya, sesaknya, galaunya, dan lain-lainnya, jika tangan Anda harus terpisah dari tubuh Anda. Maksudnya konflik pernikahan bukan untuk menyakiti hati dan perasaan pasangan hidup kita atau diri kita sendiri dan konflik pernikahan tidak harus berujung kepada perceraian.
  2. Saat konflik terjadi, hal tersebut merupakan waktu dan bagian hidup kita untuk mengkoreksi diri kita sendiri melalui pasangan hidup kita. Jadi jangan simpan sakit hati. Justru pada saat itu kita harus paksa diri untuk semakin baca firman Tuhan agar dimerdekakan dari berbagai kepahitan dan bersama pasangan hidup, kita keluar sebagai pemenang, “bukan menang sendiri”. 
  3.  Pasangan hidup kita, dia itu bukan kawan atau lawan melainkan bagian yang menyatu dengan kita. Sehingga jika konflik suami istri terjadi, maka jangan dipermalukan baik dihadapan kita atau orang lain (mertua, anak, saudara, kawan, dll), ingat!! Anda tidak mau/sedang mempermalukan diri Anda sendiri, bukan? 
  4.  Apakah ada makanan yang Anda tidak sukai? Hadapi konflik seperti Anda sedang berjuang untuk memakan makanan yang Anda tidak sukai, paksakan diri Anda untuk memakannya, setelah itu konflik Anda selesai dan Anda keluar sebagai pemenang.

Saat Tuhan Yesus mati dikayu salib, Dia memberikan kepada kita akan Kasih Karunia-Nya yang menuntun kita dari satu kasih karunia ke kasih karunia lainnya, dari satu damai sejahtera ke damai sejahtera lainnya yang dari Dia. Oleh karena itu, pandang Tuhan Yesus senantiasa dalam segala hal dan mulailah naikkan syukur atas segala perkara. Syukurilah bahwa Tuhan memberikan pasangan hidup yang sepadan dan penolong bagi Anda serta syukurilah apapun kelebihan dan kekurangannya telah menjadi bagian dari hidup Anda, telah menjadi "satu" dengan Anda. 

Shalom, Tuhan Yesus memberkati.- ps

Tidak ada komentar:

Posting Komentar