Berapapun lamanya usia pernikahan
Anda, yang pasti berbagai cerita, sukacita, tawa dan canda ditambah duka,
kepedihan dan air mata telah menjadi suatu bumbu istimewa yang memberikan
keharuman dan kenikmatan dari sebuah masakan pernikahan Anda.
Hal ini menjadikan kita senantiasa sadar bahwa tidak ada rumah tangga yang tidak
luput dari berbagai konflik.
Pada dasarnya konflik dalam rumah
tangga bukanlah suatu hal negative yang harus dihindari namun merupakan suatu
hal yang harus dihadapi dan disikapi secara positif dan benar. Untuk itulah
mengawali sikap hati dan pikiran kita terhadap konflik rumah tangga tersebut,
kita perlu mencermati dengan siapakah kita bermasalah. Dan dalam rumah tangga
tentunya pribadi terdekat yang seringkali bermasalah dengan kita pertama-tama dan
terutama adalah pasangan hidup kita.
SIAPAKAH PASANGAN
HIDUP ANDA BAGI ANDA, KAWAN ATAU LAWAN?
Pandangan firman Tuhan dan Allah
sendiri tidaklah demikian, melainkan “2=1” dimana kesatuan ini diawali oleh sebuah "commitment" bukan "agreement", kejadian 2: 24. Kata “menjadi satu
daging” dalam Kej. 2 : 24 merupakan kata kunci dalam Tuhan memandang sebuah
pernikahan. Dalam pengertian dari Bhs. Ibrani, kata “menjadi” dalam ayat ini
memiliki arti dari sesuatu yang belum ada menjadi ada. Maksudnya ialah
laki-laki dan perempuan merupakan 2 eksistensi yang saat menjadi satu keluarga,
bukan lagi 2 melainkan 1 ("yang baru"). Hal “satu” ini dipertegas oleh Rasul Paulus dalam
surat Efesus 5: 26-28, dimana Paulus menganalogikan Kristus = Suami dan gereja
= istri. Dan dalam penekanannya, tegas Paulus menyatakan bahwa Kristus “menempatkan”
(bhs. Yun. “Peristano”; to place beside/ near) gereja dihadapan-Nya (ay. 26)
senantiasa/ selalu/ terus menerus selamanya. Jadi, pemahaman “satu” dalam
pernikahan Kristen adalah seorang suami yang menempatkan istrinya disisinya dan
diperhitungkan sebagai “satu” eksistensi dan bukan dua.
Memahami akan hal tersebut dan
kembali kepada pertanyaan diatas “Pasangan Anda Kawan atau Lawan?”, maka dapat
ditegaskan bahwa Alkitab tidak mengajarkan bahwa pasangan Anda adalah “kawan”
atau terlebih lagi “lawan” dalam berbagai situasi terlebih lagi situasi konflik.
Kenapa Alkitab tidak mengajarkan demikian, karena jika pasangan kita adalah
kawan, maka kita hanya menempatkan pasangan kita sebagai orang “kedua” setelah
diri kita. Yang mana orang kedua memiliki kesempatan kedua dan prioritas kedua
serta dianggap dan dimengerti sebagai yang kedua. Padahal firman Allah
menegaskan dalam Efs. 2: 28, bahwa kita harus mengasihi pasangan hidup kita seperti
kita mengasihi diri kita sendiri. Dengan kata lain penempatan, prioritas,
pengertian dan perlakuan kepada pasangan hidup kita adalah sama persis terhadap
diri kita sendiri. Manisnya sikap hidup pasangan kita adalah manisnya sikap
hidup kita dan buruknya sikap hidup pasangan kita adalah buruknya sikap kita.
Dengan pengertian ini, mari kita
membangun sikap hati, karakter dan prilaku kita dalam menghadapi konflik dalam
pernikahan khususnya dengan pasangan hidup kita dengan memahami bahwa:
- Dimata Tuhan, Tuhan menjadikan kita dan pasangan hidup kita, “satu” bukan “dua” eksistensi. Jadi bisa bayangkan sakitnya, malunya, sesaknya, galaunya, dan lain-lainnya, jika tangan Anda harus terpisah dari tubuh Anda. Maksudnya konflik pernikahan bukan untuk menyakiti hati dan perasaan pasangan hidup kita atau diri kita sendiri dan konflik pernikahan tidak harus berujung kepada perceraian.
- Saat konflik terjadi, hal tersebut merupakan waktu dan bagian hidup kita untuk mengkoreksi diri kita sendiri melalui pasangan hidup kita. Jadi jangan simpan sakit hati. Justru pada saat itu kita harus paksa diri untuk semakin baca firman Tuhan agar dimerdekakan dari berbagai kepahitan dan bersama pasangan hidup, kita keluar sebagai pemenang, “bukan menang sendiri”.
- Pasangan hidup kita, dia itu bukan kawan atau lawan melainkan bagian yang menyatu dengan kita. Sehingga jika konflik suami istri terjadi, maka jangan dipermalukan baik dihadapan kita atau orang lain (mertua, anak, saudara, kawan, dll), ingat!! Anda tidak mau/sedang mempermalukan diri Anda sendiri, bukan?
- Apakah ada makanan yang Anda tidak sukai? Hadapi konflik seperti Anda sedang berjuang untuk memakan makanan yang Anda tidak sukai, paksakan diri Anda untuk memakannya, setelah itu konflik Anda selesai dan Anda keluar sebagai pemenang.
Saat Tuhan Yesus mati dikayu
salib, Dia memberikan kepada kita akan Kasih Karunia-Nya yang menuntun kita
dari satu kasih karunia ke kasih karunia lainnya, dari satu damai sejahtera ke
damai sejahtera lainnya yang dari Dia. Oleh karena itu, pandang Tuhan Yesus
senantiasa dalam segala hal dan mulailah naikkan syukur atas segala perkara.
Syukurilah bahwa Tuhan memberikan pasangan hidup yang sepadan dan penolong bagi
Anda serta syukurilah apapun kelebihan dan kekurangannya telah menjadi bagian
dari hidup Anda, telah menjadi "satu" dengan Anda.
Shalom, Tuhan Yesus memberkati.- ps
Tidak ada komentar:
Posting Komentar